Ketika Uang Menjadi Panglima
 
 "Uang hanyalah sebuah alat. Ia dapat membawa Anda kemanapun tempat 
 yang di inginkan, tetapi ia tak akan dapat menggantikan Anda sebagai 
 pengemudinya.
 -- Ayn Rand, penulis asal Amerika kelahiran Rusia, 1905-1982
 
 BEBERAPA waktu yang lalu seorang penegak hukum diberitakan 
 tertangkap basah menerima uang suap dalam jumlah miliaran rupiah 
 terkait kasus yang diselidikinya. Reputasinya yang selama ini 
 dikenal baik, hancur lebur dalam sesaat. Perjalanan karirnya pun 
 akhirnya terhenti cukup sampai disini. Anggota Dewan kita yang 
 terhormat pun tak luput dari berita yang tak sedap. Walau 
 penghasilan resminya di atas rata-rata dibandingkan penghasilan 
 kebanyakan rakyat, plus ditambah tunjangan sana-sini, tetapi toh 
 tetap saja kita mendengar ada Anggota Dewan tertangkap basah sedang 
 menerima suap. Banyak kasus serupa yang terjadi. Mulai dari penegak 
 hukum, Anggota Dewan, hingga pejabat Pemerintah level bawah, 
 terlibat kasus suap.  
 
 Kesemua kasus tersebut bermuara pada satu hal, yakni uang. Pada satu 
 titik tertentu, uang mungkin menjadi sumber masalah, tetapi di titik 
 lain, uang dapat pula menjadi sumber kebahagiaan. Kahlil Gibran, 
 seorang penyair kelahiran Lebanon, pernah mengingatkan, "Uang 
 seperti cinta, yang dapat membunuh dan melukai orang yang hanya bisa 
 menggenggamnya saja, tapi juga dapat menjadi penambah semarak 
 kehidupan bagi yang dapat memberikannya kepada orang lain."
 
 Sebagian orang mempersepsikan, bahwa dengan memiliki banyak uang 
 akan membuat hidup menjadi lebih baik dan bahagia. Pada tingkat 
 tertentu, bisa jadi uang mungkin dapat memberikan kebahagiaan. 
 Seseorang tidak harus memiliki banyak uang untuk menjadi bahagia. 
 Sebaliknya, jika tidak memiliki uang yang cukup, tidak berarti orang 
 tidak bisa bahagia.
 
 Pada hakekatnya, kebahagiaan lebih ditentukan oleh pikiran dan hati 
 yang ada dalam diri seseorang. Jika sedari awal Anda berpikir dan 
 merasa tidak bahagia, maka tidak bahagialah Anda. Barangkali malang 
 bagi mereka yang berpikir seperti ini. Pepatah yang mengatakan bahwa 
 uang tak dapat membeli kebahagiaan mungkin ada benarnya. Meskipun 
 harus diakui uang dapat mempercepat proses mencapai kebahagiaan 
 tersebut jika diperoleh dan digunakan secara bijaksana. 
 
 Tak selamanya orang melakukan sesuatu demi uang. Seorang public 
 figure di negeri ini rela melepaskan jabatan komisaris di berbagai 
 perusahaan, hanya untuk menjadi seorang pejabat publik. Padahal 
 insentif yang didapatkan ketika ia menjadi pejabat publik jauh lebih 
 kecil dibandingkan sebelumnya ketika ia masih menjabat komisaris di 
 berbagai perusahaan tersebut. Tetapi mengapa ia mau melakukan hal 
 itu? Ternyata ada hal yang lebih bermakna daripada sekedar uang. Ada 
 tingkat kepuasan tertentu yang dirasakan ketika ia menjabat sebagai 
 pejabat publik. Pekerjaan-pekerjaan yang digeluti merupakan sesuatu 
 hal yang jauh lebih bermakna. Nilainya dirasakan jauh lebih berharga 
 daripada hanya sekedar uang. 
 
 Memiliki uang memang jauh lebih baik daripada tidak memilikinya. 
 Kepemilikan atas uang mungkin diperlukan, misalnya untuk menjalani 
 hidup ini atau untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Dengan 
 uang, Anda dapat melakukan banyak hal. Namun mungkin perlu disadari, 
 bahwa uang sesungguhnya hanyalah suatu cara, suatu alat bantu untuk 
 mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri atau penggantinya. 
 
 Ketika orang-orang mulai meletakkan uang sebagai sesuatu keharusan 
 dan akhir dari apa yang dicari, barangkali disitulah awal mula 
 kekeliruan yang terus berlanjut pada kekeliruan berikutnya yang 
 lebih fatal. Karena akhirnya uang menjadi panglima atas dirinya, 
 bukan sebaliknya. Uang seharusnya diletakkan dalam fungsi sebagai 
 instrumen belaka, dan selayaknya harus berada di bawah kendali kita. 
  
 Berbicara tentang uang tidak akan pernah habis, karena begitu besar 
 pengaruhnya dalam seluruh aspek kehidupan kita. Tetapi seperti juga 
 benda-benda kebutuhan hidup lainnya, sesungguhnya masih banyak di 
 dunia ini yang jauh lebih penting daripada sekedar uang. Tujuan 
 hidup kita di dunia ini misalnya, seringkali terlupakan, termasuk 
 upaya-upaya pencapaiannya, karena terlampau mengacu pada uang dan 
 materi yang menjadi tolok ukurnya. Akibatnya, kita lalai dalam 
 mengukur hal-hal yang seharusnya tidak dapat diukur dengan uang, 
 kebahagiaan misalnya. 
 
 Barangkali kita harus memulai sebuah perencanaan hidup yang lebih 
 baik, yang menempatkan uang bukan sebagai satuan ukuran semata. 
 Melainkan sebagai bagian untuk mewujudkan rencana hidup kita dalam 
 mencapai tujuan hidup yang lebih mulia di dunia ini, sesuai dengan 
 cara dan kecepatan kita dan yang kita inginkan. Semoga. (221208)
 
 Sumber: Ketika Uang Menjadi Panglima oleh Sonny Wibisono, penulis, 
 tinggal di Jakarta 
 
 
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___